Hanya Bisa Hidup Selama Dua Tahun, Ini 3 Fakta Menarik Kunang-kunang

R24/riko
Foto (net)
Foto (net)

RIAU24.COM - Selama terdapat kolam, genangan air, rawa, sungai, dan lainnya kamu bakal menemukan kunang-kunang di mana saja. kamu akan dibuat takjub melihat seekor kunang-kunang, apalagi ratusan kunang-kunang yang akan tampak semacam lentera yang berkedap-kedip.

Baca Juga: Dua Hari Lagi Iduladha, Begini Cara Menyimpan Daging Kurban agar Tahan Lama

Tahukah kamu cahaya kunang-kunang berasal dari mana? Melansir dari Suara.com berikut ini adalah 3 fakta menarik kunang-kunang.

1. Umur yang pendek

Kunang-kunang mempunyai umur yang pendek, mereka hanya dapat hidup selama satu atau dua tahun dari telur hingga dewasa. Namun, setidaknya dibutuhkan waktu selama dua bulan untuk mereka dapat terbang dan meletakkan telurnya. 

Mereka bersembunyi dalam bawah tanah pada tahap larva, lalu muncul dan bertelur pada tahap dewasa. Setelah itu, kunang-kunang pun mati sekitar lima hingga 30 hari kemudian. Sayangnya, jumlah kunang-kunang menurun karena umurnya yang pendek. 

Para peneliti menyebut akibat penggunaan pestisida dan habitatnya dihancurkan menyebabkan populasi serangga bercahaya berkurang.

2. Berkomunikasi menggunakan cahaya

Menyadur dari firefly.org, suatu pusat konservasi dan penelitian kunang-kunang menyebut bahwa kebanyakan dari mereka memakai cahaya untuk mendapatkan pasangan. Bukan hanya itu, kunang-kunang pun memakainya untuk memberi peringatan kepada pemangsa untuk menjauh agar wilayahnya terjaga.

Hanya ada satu jenis kelamin yang memiliki sinar dalam beberapa jenis kunang-kunang. Namun, kebanyakan kedua jenis kelamin dapat bersinar. Setiap kunang-kunang mempunyai kedipan cahaya sendiri untuk menarik perhatian si betina, kunang-kunang jantan akan menanti hingga sang betina pun tertarik dengan memberikan kedipan cahayanya.

Baca Juga: Kopi Ajoe Resmi Hadir di Pekanbaru, Tawarkan Cita Rasa Premium dari Biji Kopi Pilihan

3. Darahnya yang pahit

Menyadur dari Treehugger, kunang-kunang memiliki lucibufagins dari darahnya, yaitu steroid defensive yang mempunyai rasa pahit untuk pemangsanya seperti katak, laba-laba, kelelawar, dan burung. 

Hal tersebut membuat pemangsa menghubungkan rasa yang pahit itu dari cahaya kunang-kunang. Mereka mengeluarkan tetesan darah saat diserang, yang disebut juga sebagai reflex bleeding. Bagi pemangsanya, cahaya indah yang dimiliki kunang-kunang berbanding terbalik dengan rasa pahit darahnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak