RIAU24.COM - Seorang sejarawan barat, Philip K Hitti dalam bukunya History of The Arabs (1937) mencatat keadaan bobrok Kota Mekkah dan Madinah semasa Bani Ummayah.
Terkecuali semasa khalifah Umar bin Abdul Aziz, kemewahan menjangkiti Kota Mekkah dan Madinah.
Baca Juga: Berkah 10 Hari Terakhir, Tebak-Tebakan Dapat THR
Di kota Mekkah dan Madinah, bermunculan istana dan rumah-rumah mewah. Istana dan rumah mewah ini dilengkapi dengan pembantu, budak, dan barang mewah.
Mekkah dan Madinah berubah menjadi kota tempat bagi mereka yang menyukai kemewahan.
Penduduk Mekkah dan Madinah sangat diuntungkan dengan banyaknya jemaah haji yang datang setiap tahun. Mereka berlomba untuk mengeruk keuntungan dan kekayaan sebanyak-banyaknya.
Baca Juga: Israel Serang Masjid Al Aqsa, Konflik Semakin Meruncing
Dengan kemewahan dan kekayaan yang terus mengalir, kesakralan Mekkah dan Madinah perlahan hilang. Dua kota ini berkembang menjadi pusat kenikmatan dunia.
Di Kota Mekkah, dibangun sejenis klub. Klub ini menjadi tempat orang menggantungkan jubahnya, kemudian bersenang-senang, bermain catur, dadu, atau sekedar membaca.
Di Kota Madinah, menjamur rumah-rumah bordil (buyut al-qiyan), yang banyak dikunjungi. Selain itu para biduanita budak (qiyan) terus bertambah dari waktu ke waktu.