RIAU24.COM - Kordinator Pusat (Korpus) Aliansi Mahasiswa Kesehatan Riau (AMKR), Sandika Syaputra, menerima suntikan vaksin virus corona (SARS-CoV-2) pertama di kalangan kaum milenial di provinsi Riau, Kamis (14/1) di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
Sandika menerima suntikan vaksin bersama kalangan Forkomoinda, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pejabat publik lainnya. Sebelumnya vaksinasi telah dilakukan, Rabu (13/1), Presiden RI dan beberapa tokoh nasional juga sudah mendapat suntikan vaksin di Istana Kepresidenan Jakarta.
Baca Juga: IZI Riau Gelar Mini Konser dan Penggalangan Dana Palestina di SMK Farmasi Ikasari
“Saya lega karena tidak ada rasa sakit sama sekali, dan setelah saya menunggu 30 menit untuk melihat reaksi yang akan terjadi, ternyata juga tidak ada reaksi yang merugikan pada tubuh saya," ujarnya.
Sandika berharap kepada seluruh masyarakat di Riau, khususnya kaum milenial, pemuda dan mahasiswa untuk dapat sama sama berperan menekan penyebaran wabah covid-19 ini dengan melakukan vaksinasi covid-19 dan juga tetap menjaga Protokol Kesehatan.
"Ini sebagai ikhtiar kita untuk melandaikan kasus covid-19 di daerah yang kita cintai ini," kata Sandika mahasiswa Farmasi di STIFAR Riau usai divaksin.
Pada Senin (11/1), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin tersebut. Adapun vaksin yang akan disuntikkan berupa vaksin Sinovac yang berasal dari China.
Baca Juga: IZI Perwakilan Riau Gelar Penggalangan Dana Peduli Sukabumi di SMPN 4 Tambang Kampar
Pemberian izin penggunaan darurat dari vaksin Sinovac didasarkan atas data analisis dan uji klinis yang dilakukan di Bandung, didukung data dari Turki dan Brasil.
Uji klinis fase 3 di Bandung menunjukkan vaksin Covid-19 buatan China mempunyai tingkat efikasi 65,3 persen. "Hasil analisis terhadap efikasi vaksin Sinovac dan uji klinik di Bandung menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen," kata Kepala BPOM Penny Lukito, Senin (11/1).
Ini telah memenuhi persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni efikasi vaksin minimal 50 persen. ***